(October 10, 2023) Selama perang antara Israel dan Hamas yang berlangsung selama empat hari, lingkungan di tengah Kota Gaza yang dulu ramai kini hanya tinggal puing. Di tengah ledakan yang tak berhenti, ribuan orang tak punya pilihan lain selain mencari perlindungan di ruang publik yang penuh sesak dan sekolah-sekolah, sembari berharap akan mendapat keamanan relatif. Blokade ketat Israel, bersamaan dengan kehancuran yang ditimbulkan oleh serangan bom, telah semakin menyempitkan ruang bagi mereka untuk hidup, bertahan, dan bernafas.
Lingkungan yang pernah penuh kehidupan di pusat Kota Gaza kini telah menjadi puing-puing. Warga Gaza pun mendapati diri mereka tanpa tempat tinggal. Di seluruh Jalur Gaza, asap menebal di langit.
Jamal adalah salah satu di antara mereka yang mengungsi dan kini berlindung di sebuah ruang kelas di sekolah yang dijalankan oleh UNRWA, Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB bagi Pengungsi Palestina di Timur Dekat. Ini terjadi setelah seluruh lingkungannya hancur akibat serangan roket Israel.
“Ketika kami keluar dari pintu, yang kami pikirkan hanyalah bahwa mungkin Israel hanya akan mengancam kami agar pergi dan menanam ketakutan di hati kami,” ujar Jamal. “Saya tidak pernah membayangkan bahwa mereka akan melakukan serangan udara terhadap seluruh area ini dan meninggalkannya dalam keadaan hancur.”
Termasuk di dalamnya adalah rumahnya, tempat yang dulu penuh dengan kenangan bahagia dan “segalanya” bagi keluarganya. “Di sana, kami tinggal dengan bahagia, merayakan ulang tahun, dan membangun impian.”
“Kini, hanya tinggal reruntuhan,” bisiknya, sambil air mata berkumpul di matanya. “Kami melarikan diri ke sekolah terdekat untuk mencari perlindungan, tetapi sekarang kami terjepit di sini bersama ratusan orang lain. Tidak ada ruang, dan anak-anak kami menangis sendirian setiap malam.”
Meski mereka mencari perlindungan di sekolah, kehidupan mereka juga penuh dengan kekurangan, seiring dengan datangnya bencana kemanusiaan yang semakin mengancam. Blokade Israel membuat Gaza bergantung padanya untuk pasokan makanan, bahan bakar, obat-obatan, dan listrik. Sekarang, Israel telah mengumumkan akan memotong bahkan pasokan-pasokan penting itu, suatu keputusan yang di bawah hukum internasional dapat dianggap sebagai kejahatan perang.
Kebutuhan pokok sudah menjadi barang yang langka. “Kita nyaris tidak punya cukup makanan untuk anak-anak kita,” kata Zainab Matar, seorang ibu empat anak. “Air minum bersih adalah barang mewah, dan kita tidak bisa menjaga anak-anak kita tetap hangat di malam hari karena kita kekurangan pakaian yang sesuai.”
Sekolah juga tidak lagi menjadi tempat yang aman. Menurut UNRWA, setidaknya empat sekolah di Gaza telah mengalami kerusakan akibat serangan Israel. “Kami berpikir datang ke sekolah akan melindungi kami, tetapi bahkan di sini, kami hidup dalam ketakutan yang terus menerus,” kata Zainab.
Ketakutan ini tampak dan nyata di seluruh Jalur Gaza, dalam mata para ibu dan ayah, anak-anak, dan kakek-nenek. Ketakutan bahwa bahkan sekolah bukan lagi tempat yang aman.
Sumber : Aljazeera
Support Palestine : Donate AMPEDULI